Category Archives: Nice Article

Another Story From Interview Session

Mungkin selama setahun ini aku kerja di perusahaan ini, Jumat minggu kemarin menjadi salah satu sesi interview yang menarik buatku. Kali ini bukan lagi sarjana S3 yang kesulitan mencari pekerjaan, ataupun lulusan teknik yang setahun lebih tidak bekerja tapi tidak melakukan sesuatu tapi lebih ke succes story dari mereka yang sudah berada di posisi managerial. Mereka berbagi cerita mengenai aktivitas mereka, mereka begitu antusias dengan sesi interview ini.

Cerita mereka mengenai pekerjaan mereka menambah banyak informasi baru buatku. Kisah mereka mengingatkanku bahwa setinggi apapun posisi kita, sebesar apapun perusahaan kita, kita sebenarnya tidak dalam posisi yang sangat aman. Ada banyak “angin” yang dapat menerpa posisi aman kita itu. Posisi tinggi artinya semakin banyak orang yang memperhatikan tindak-tanduk kita, salah dikit saja pasti kita jadi sorotan, musuh terselubung pun mungkin semakin banyak. Perusahaan besar sekalipun bisa goyang dan yang pasti akan membuat resah para karyawannya.

Hal yang menarik buatku dari interview itu adalah bahwa aku sedang menghadapi situasi di mana para karyawan di kantorku sedang resah. Resah dan tidak nyaman dengan segala macam perubahan yang terjadi di kantor. Entah itu perubahan kebijakan, perubahan posisi, dan lain sebagainya. Beberapa dari mereka marah, bahkan menghujat, beberapa lainnya hanya diam dan ngedumel sendiri. Perubahan itu memang membuat mereka tidak nyaman dan tidak aman. Namun, bagaimana cara mereka menghadapi ketidakamanan dan ketidaknyamanan itu lah yang akan menentukan hasil akhir.

Kadang aku heran juga kenapa orang baru memutuskan berubah ketika posisi mereka sudah tidak aman lagi. Bagaimana jika hal itu sudah terlambat? Perubahan yang mereka lakukan ternyata sudah tidak berguna lagi. Tapi somehow melihat orang berubah menjadi lebih baik seperti yang kita harapkan itu ternyata menyenangkan, meskipun sebelumnya kita sempat tarik urat tarik nafas berlinang air mata memfasilitasi mereka untuk berubah.

Well, memang sampai kapanpun perubahan itu akan selalu ada dan perubahan itu tidak enak. Tidak enak dari berbagai pihak, tidak enak di awal namun menyenangkan pada akhirnya.

Selamat mengeksekusi perubahan.

Selamat mengelola perubahan.

Blessing in Disguise

Outing kantor Sabtu yang lalu sudah membuat aku banyak belajar menjadi dewasa dalam mengambil keputusan. Aku pun menjalani apa yang orang-orang sebut sebagai buah simalakama, ke kiri jurang, ke kanan jurang. Setiap tindakan yang aku ambil ada resikonya, ada embel-embelnya, tapi tetap aku harus memilih salah satu.

Selain itu, dari kejadian selama persiapan acara ini juga aku belajar untuk menutup telinga atas sentimen negatif, atas nada-nada sinis yang seolah menyindir. Stop listen, people will keep talking about you anyway. Dengerin orang gak akan ada habisnya, apalagi kalo ditanggepin. Tetap berpegang teguh pada yang kau yakini, sambil mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Intinya tuh tetep nginjek bumi meskipun kita tau posisi kita mungkin sedang berada di atas. Karena semakin tinggi posisi kita, maka angin yang bertiup pun semakin besar, maka dari itu kita harus seperti pohon yang punya akar kuat.

Di Hari pelaksanaannya pun aku seolah tertampar dengan ucapan seorang teman. Well, mungkin memang sudah saatnya aku belajar untuk menjadi lebih baik, untuk tahu lebih banyak tentang management. DI hari itu pula aku mengalami perjalanan naik gunung dengan motor sambil ujan-ujanan akibat kecerobohan aku meninggalkan map yang isinya duit. Yups, really a lesson learned buat aku.

Thanks all for this nice experience, blessing in disguise.

Bali with Another Lesson

Beberapa bulan berselang sejak kepergianku ke Bali untuk urusan kantor, aku kembali lagi ke Bali untuk urusan keluarga. Rencana yang sudah disusun sejak kurang lebih setahun yang lalu namun ada sedikit perubahan yang cukup berarti bagi kami saat itu. Kehilangan salah satu anggota keluarga yang seharusnya ikut di trip kali ini dan berbagai perasaan lain yang dialami oleh beberapa diantara kami. Setidaknya kejadian ini mengajarkan aku untuk tetap menghargai setiap moment yang ada dan menikmatinya karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Trip ke Bali kali ini selain untuk menghadiri wedding sepupuku, kita juga berencana untuk jalan-jalan bersama. Yah meskipun tidak semua acara berjalan lancar tapi semangat kebersamaannya menjadikan acara jalan-jalan ini menyenangkan dan penuh pelajaran. So, here are the stories.

Awalnya kami sempat merencankan untuk meeting membahas rencana kami, namun berhubung masing-masing dari kami punya kepentingan, akhirnya kami hanya mengambil rencana garis besar saja.

Day1

Subuh-subuh kami sudah berangkat ke airport untuk mengejak pesawat yang akan take off jam 7. Alhasil kami menunggu di ruang tunggu cukup lama sampai akhirnya naik ke pesawat. Di ruang tunggu ini ada sebuah kejadian lucu menimpa iphone aku. Si iphone mendadak nge-hang gak bisa di slide, ataupun restart. Trikt jitu cabut batre yang biasa selalu berhasil untuk mengtasi maslah HP otomatis tidak bisa dilakukan di iphone yang batrenya sudah built-in. Aku pun berpikir untuk cabut SIM Card karena paling tidak ini akan membuat si Iphone non-aktif. Tapi untuk membuka sim card iphone butuh alat khusus seperti peniti dan aku tidak membawa alat itu sehingga aku mencoba dengan peniti yang akhirnya gagal juga. Jadilah aku berjalan mengelilingi ruang tunggu dan melihat apakah ada yang menggunakan Iphone juga untuk meminjam alat tusuk sim card-nya. Sayangnya sejauh mata memandang hanya ada Ipad, dan beberapa jenis HP Samsung serta Nokia. Dengan pasrah aku pun balik ke bangku aku dan tidak tahu mau bagaimana lagi. Aku pun menoleh dua mas-mas dibelakang yang sedang ngobrol. Mas-mas dengan gaya Selatan ini mungkin saja pakai IPhone dan punya tusukan Sim Card-nya. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya apakah mereka pakai IPhone.

" Mas, ada yang pakai Iphone gak? Bawa bukaaa Sim Card-nya gak? "
" Iphone sih pake tapi gak pernah bawa gituannya (tusukan sim card). Emang kenapa? "

Aku pun menjelaskan masalah yang terjadi pada Iphone-ku, lalu salah satu dari mereka pun menyarankan re-start seperti biasanya. Dia pun mengambil Iphone-ku dan mempraktekan cara lain untuk re-start. Seketika lenyaplah sudah masalah Iphone-ku dan aku bisa tenang lagi untuk menghadapi perjalanan dengan pesawat beberapa menit lagi. Kemudian aku berterima kasih padanya dan mendapatkan balasan senyuman darinya. Lesson for this adalah Jadi orang haruslah bawel, malu bertanya sesat di jalan, kalo gak nanya gak bakal selesai masalahnya. Tak lama setelah itu panggilan untuk masuk ke dalam pesawat pun berkumandang dan aku beserta saudara-saudara langsung menuju ke pesawat.

Kami tiba dalam 4 rombongan (seharusnya lima karena papa, mama, koko, soso, dan anaknya sudah sampai sehari sebelumnya). Aku ikut di rombongan pertama dengan beberapa saudara papa yang lain. Sesampainya di Airport, kami sudah di jemput dua mobil. Mobil pertama adalah mobil sewaan koko yang dia setir sendiri, mobil kedua adalah sewaan saudaraku yang sudah disertai dengan supir. Rute pertama adalah hotel Aston International Unggasan yang sudah disewakan oleh yang punya pesta. Sebagian dari kami menginap di hotel ini dan aku menunggu mereka untuk check-in di sini. Lobby hotel Aston ini terlihat sangat megah. Pemandangan air terjun dengan batu-batuan membuatnya tampak semakin asri. Selesai dari sini, kami langsung menuju ke Dreamland Luxury Villas yang letaknya tak jauh dari Aston. Di Dreamland, kami menjemput mama, soso, dan ponakan tercinta. Dreamland Luxury Villa ini adalah sebuah resort yang di setiap unitnya ada private pool. Dengan harganya yang terbilang cukup mahal, fasilitas dan pelayanan di sini boleh dibilang sangat sepadan.

Tujuan berikutnya setelah selesai check-out dari Dreamland adalah restoran Bubur Laota di daerah Tuban, Kuta. Restoran Chinesse food ini sangat terkenal untuk masakan buburnya. Buburnya ada berbagai pilihan mulai dari bubur polos sampai bubur dengan berbagai daging. Sayangnya kami sama sekali tidak menyicip bubur yang jadi legenda ini pada kedatangan kami kali ini karena lebih memilih untuk makan berat. Jadilah kami memesan bebek, sup kepiting, dan sayur hijau untuk menu makan siang kali ini. Sayur yang kami pesan rasanya juga lumayan bikin kepengen balik lagi. Letaknya yang strategis ini juga mudah sekali dijangkau dari airport.

Rute berikutnya di hari ini adalah menuju ke Bali Nusa Dua Hotel and Convention Centre yang juga menjadi salah satu hotel yang disediakan oleh yang punya acara. Di hotel inilah aku sekeluarga menginap. Hotel yang tergolong sangat luas dengan fasilitas yang sangat lengkap seperti kolam berenang, gym, dll. Sayangnya aku ga  ngerasain berenang disini karena jadwal yang sangat padat. Untuk makan malam hari ini, kami cukup kebingungan sampai akhirnya koko mencari tahu tempat makanan yang dekat dari sini dengan bertanya pada temannya. Restoran yang disarankan oleh teman koko adalah Warung Sate Barokah di daerah sekitar Kuta. Tapi kita akhirnya tidak jadi makan disini karena mendapat rekomendasi tempat makan lain dari  karyawan hotel. Karyawan hotel tersebut merekomendasikan beberapa restoran di sekitar Nusa Dua Area mulai dari Bebek Bengil, Bali Nelayan, dan beberapa resotran lain. Pilihan kami hari itu jatuh pada restoran Bebek Bengil yang terletak di pinggir pantai. Tapi karena sudah malam dan gelap, jadi kami tidak bisa lagi melihat pantainya.

Harga dan rasa di resotran ini boleh di bilang cukup sebanding meskipun untuk  beberapa menu ada yang harganya relatif lebih mahal dari restoran pada umumnya. Menu favorit hari itu adalah Nasi Campur Bali. Berbagai jenis sambel pun disajikan untuk menjadi pendamping Nasi Campur ini. Buat aku yang tidak doyan pedas, sambal bawang khas Bali yang disajikan menjadi juara dari sambel-sambel yang disajikan. Ada satu kejadian yang cukup menyebalkan terjadi setelah kami pulang dari restoran ini. Kami memesan satu bungkus nasi campur bebek untuk dibawa pulang dan kami juga meminta sisa nasi putih tambahan yang kami pesan untuk ikut dibungkus. Tapi ternyata yang terbungkus hanya nasi putih sisa dan sayur beserta lauk dari nasi campur bebek tanpa nasinya. Padahal kami membayar dengan harga yang sama seperti nasi campur bebek utuh. Berhubung sudah sampai di kamar hotel dan malas untuk kembali ke restoran tersebut jadi kami tidak komplain masalah ini.

Hari itu ditutup dengan acara jalan-jalan ke daerah kuta untuk membeli aqua bersama koko, soso, dan baby-nya. Rencana awalnya adalah untuk jalan-jalan di sekitar Kuta melihat keramaian, tapi berhubung sudah terlalu malam jadi sudah banyak yang tutup.

Day2

Hari kedua aku terbangun cukup siang, sehingga mengagalkan rencana untuk berenang. Acara pagi ini diisi dengan sarapan dan pergi ke Salon. Salon yang kami kunjungi adalah Taman Air Salon&Spa di daerah Kuta. Service di salon ini tergolong sangat cepat dan harganya pun gak mahal-mahal banget. Dalam waktu 1,5 jam hairstylist yang cuma sendiri itu dapat menyelesaikan rambut kami berlima.

Sekembalinya ke hotel, kami langsung bersiap-siap untuk pergi ke tempat pesta dengan bus jemputan yang sudah disediakan. Tempat pesta yang akan kami tuju adalah The Edge, Uluwatu yang letaknya ujung ke ujung dari hotel kami di Nusa Dua. Untuk mencapai tempat pestanya, kami perlu bertukar bus dengan mobil yang lebih kecil pada sebuah tempat parkir yang tak jauh dari tempat pesta yang kami tuju. Sepanjang perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 30 menit itu ada banyak terlihat pohon-pohon kering. Cuaca Bali akhir-akhir ini memang sedang kering-keringnya. Tapi semua pemandangan pohon kering itu pun tergantikan dengan pemandangan laut indah disamping tebing. Design vila di tempat tersebut pun sangat bagus dan mewah. Sayangnya terlalu banyak anak-tangga yang sangat tidak user-friendly untuk orang-orang tua usia 50 tahun ke atas. Dekor tempat pesta, pemberkatan, dan cocktail party pun tampak sederhana namun enak dilihat. Mungkin buat yang mau pesta Wedding di Bali bisa consider untuk milih tempat ini tapi tentunya safety dari para tamu perlu diperhatikan.

Perlu waktu beberapa jam dari kami tiba sampai akhirnya acara tepay (upacara tuang teh tradisi Chinese) dimulai dan kami menunggu dengan menikmati indahnya pemandangan laut dan menyesap kopi yang disajikan. Sampai akhirnya tiba upacara pemberkatan dan acara puncak di malam hari setelah melalui acara tepay, pemberkatan, dan cocktail party. Jujur saja konsep pesta private ini cukup memusingkan dengan pembagian nomor meja yang berbarengan dengan tukar sovenir. Buat yang mau wedding di Bali dengan sistem seperti ini, mungkin bisa consider untuk memilih WO yang lebih cekatan dalam menyusun daftar tamu sehingga tidak membingungkan penerima angpao.

Di luar dari kepusingan nomor meja dan landscape tempat pesta yang naik turun, acara yang disajikan tergolong menyenangkan. Sayangnya acara dimulai terlambat dari jadwal yang menyebabkan selesainya juga molor. Sampai jam setengah 12 malam acara masih belum selesai juga. Ada banyak acara kejutan yang disiapkan di resepsi malam ini, seperti tarian dari groom dan bestman, video klip dari brides’ maid, dan video candid dari sahabat mereka. Doorprize dengan hadiah yang tergolong mewah dan pelepasan balon berlampu akhirnya menutup acara hari ini.

Day3

Hari ini semua rencana berada dalam kendali aku, sebagai yang paling muda aku didaulat sebagi tour leader dadakan. Really a lot of lesson learned apalagi buat aku yang sama sekali ga pernah arrange tour seperti ini.  Pagi-pagi sekali aku sudah breakfast dan dijemput oleh Pak Komang,  Supir kantor yang akan mengajakku tour proyek. Rencana awalnya aku memang diminta oleh bosku untuk visit site perusahaan yang ada di Bali. Sekalian mengantar titipan anak kantor, aku pun mengunjungi kantor dan dua proyek yang letaknya tidak jauh dari hotel tempatku menginap. Dan dalam waktu kurang 3 jam kami sudah mengunjungi 3 tempat sekaligus. Suatu hal yang tidak mungkin bisa terjadi di Jakarta.

Setibanya kembali di hotel, aku sudah langsung ditugasi untuk mengatur kendaraan yang kami gunakan hari ini. 1 mobil avanza sewaan dan satu mobil elf besar. Hari ini semua keluarga akan kumpul untuk jalan-jalan. Tujuan pertama adalah makan siang setelah menjemput saudara kami yang lain di Aston. Perjalanan dari hotel kami ke Aston cukup lancar dan suatu kejutan sudah menungguku. Koper-koper kami terlalu banyak sampai tidak muat di mobil elf maupun di mobil avanza. Akhirnya salah satu sepupuku yang menyewa mobil terpisah menyanggupi untuk menampung koper kami dan mengantarnya ke hotel kami untuk 2 malam setelah ini.

Tujuan makan siang kami adalah ke Warung Made di daerah seminyak. Awalnya aku memilih di daerah kuta karena lebih dekat dari hotel kami. Berdasarkan rekomendasi dari supir sewaan kami, akhirnya kami memilih Warung Made di Seminyak. Menu favorit disini adalah nasi goreng-nya yang rasanya oke punya. Setidaknya dibandingkan dengan nasi campur Bali-nya, rasa dari nasi gorengnya masih lebih baik. Selain itu, di restoran ini kami juga merayakan ulang tahun salah satu dari kami. Berbekal Marble Cake yang dijual di Warung Made dan lilin, kami memberi suprise kepada yang berulang tahun. Marble cake yang akhirnya kami pilih sebagai kue ulang tahun ini rasanya boleh juga berbeda dari marble cake yang biasanya aku makan.

Selesai makan, kami langsung menuju Discovery mall untuk mengejar sunset. Awalnya sempat terpikir untuk menunggu waktu sunset di daerah Seminyak, namun berhubung aku sama sekali buta daerah seminyak, dan aku tidak mau ambil resiko diprotes sodara2, jadi aku memutuskan Discovery mall saja. Menunggu sunset di Discovery mall, Kuta sebenarnya juga bukan pilihan yang buruk. Ini adalah kali ketiga aku menikmati serunya bermain air di pantai sambil menunggu matahari terbenam di Pantai Kuta. Tentunya disertai dengan foto-foto sunset maupun foto narsis diri sendiri.

Tujuan berikutnya setelah dari Pantai Kuta adalah makan malam di sekitar Kuta. Rencana awalnya kami akan makan restoran Hongkong di dekat mall, tapi ternyata restoran tersebut sudah tutup. Akhirnya berdasarkan saran dari bapak supir, kami makan di sebuah restoran Chinese Sungai Seafood di Jl. Tuban. Untuk rasa dan harga restoran ini layak untuk direkomendasikan. Sedikit lebih mahal daripada resto sejenis di Jakarta namun rasanya yang enak membuat kami tidak keberatan membayar sesuai dengan harganya.

Pergi ke Bali tentunya tidak lengkap tanpa oleh-oleh khas Bali. Usai makan malam hari ini, aku pergi ke kantor cabang tempat kerja aku untuk mengambil oleh-oleh yang aku titip dari temanku. Aku memintanya untuk membelikan pie susu langanan-nya yang sering kami pesan setiap ada teman kantorku yang business trip ke Bali. Pie susu ini adalah pie susu produksi rumahan tanpa merek yang rasanya cukup enak. Harganya hanya 25.000 rupiah untuk box isi 10. Selain box isi 10 ada box isi 20 dengan harga 50.000 rupiah per box. Pie susu ini punya beberapa cabang di Bali yang aku pun tidak tahu lokasinya ada dimana saja. Setelah mengambil titipan ini, aku pun kembali ke hotel untuk istirahat.

Hotel kami hari ini adalah sebuah budget hotel yang sebenarnya sudah cukup terkenal punya pelayanan yang baik. Namun sayangnya banyak nilai minus yang aku dapatkan di perjalanan kali ini pada hotel ini mulai dari ac yang tidak dingin, wc mampet, sampai parkeet (semacam karpet) rusak. Untungnya karyawan cukup tanggap dengan keluhan kami, setiap komplain yang kami ajukan langsung ditangani dengan segera. Hal lain yang menjadi nilai minus dari hotel ini adalah view di beberapa kamar yang kurang baik dan juga posisi kamar kami yang saling berjauhan. Well, keadaaan ini cukup membuat aku tidak enak pada sodara-sodaraku yang lain karena akulah yang memesan hotel ini untuk mereka.

Day4

Hari ini aku balik ke Jakarta untuk kembali kerja, tapi yang lain masih tetap tinggal semala lagi. Aku bangun pagi-pagi dan langsung sarapan. Menu sarapan di hotel ini tergolong enak terutama nasi gorengnya. Sayangnya aku tidak sempat mencoba menu lain dan merasakan fasilitas hotel ini karena selesai sarapan aku langsung berangkat ke airport.

Setibanya di airport aku begitu terkejut dengan penampilan airport yang benar-benar baru. Sangat international dan terlihat seperti airport di Singapore. Mari sama-sama berharap pihak pengelola bisa menjaganya dengan baik sehingga kebersihan dan kenyamanannya dapat terpelihara. Perjalanan aku hari ini pun berjalan lancar dan bahkan pesawat landing di Jakarta 15 menit lebih awal dari yang dijadwalkan.

Satu hal lain yang menarik di hari ini adalah supir taxi yang meminta biaya charge 1000 rupiah lebih mahal daripada biaya yang tercantum di karcis yang diberikan petugas taxi bandara. Taxi yang aku naiki adalah taxi yang masih anak perusahaan dari perusahaan taxi terbesar di Indonesia. Selain itu supir taxi juga memberikan alasan yang tidak masuk akal ketika aku menanyakan harga yang lebih mahal itu. Well ya sudahlah semoga jasa transportasi Indonesia semakin meningkat mutu dan kualitasnya.

Begitulah kira-kira cerita perjalananku yang semakin banyak pelajaran buatku. Thank you Bali for another lesson learned.

Perjalanan kali ini mengingatkan aku dengan pepatah makan ga makan asal kumpul.

Live Show Stand Up Comedy

10689566_1546550912223383_5445186523382241963_n

Buat sebagian orang, Stand up comedy mungkin masih menjadi barang asing yang jarang sekali terdengar. Stand up comedy Indonesia berawal dari komunitas-komunitas kecil di cafe yang akhirnya berkembang dan disiarkan oleh beberapa stasiun tv. Singkat kata akhirnya ada beberapa komika (sebutan untuk orang yang menjadi speaker dalam stand up comedy) yang menjadi tokoh penggerak stand up comedy di Indonesia. Meskipun jauh sebelum stand up comedy ini menjadi perbincangan, sebenarnya Indonesia sudah punya tokoh-tokoh yang dianggap sebagai cikal bakal stand up comedy din Indonesia. Siapa saja mereka? Silahkan cek disini.

Setelah beberapa kali melihat stand up comedy off air di youtube, aku akhirnya memutuskan untuk menonton acara ini secara live. Ide ini muncul ketika melihat promosi acara #Gerakan Senyum Massal di timeline facebook&path. Acara ini diadakan oleh Aethra Learning Center, sebuah lembaga pelatihan yang berbasis psikologi dalam rangka memperingati hari kesehatan mental dunia di awal Oktober . Setelah membaca iklan tersebut, aku pun mencoba mengajak beberapa teman, namun akhirnya hanya satu yang mengiyakan.

Salah satu alasan aku tertarik mengikuti acara ini dan tidak keberatan untuk membayar dengan harga yang cukup mahal buatku adalah karena komika yang tampil beserta MC adalah komika yang sangat punya nama di Indonesia. Dari 5 komika yang muncul, hanya ada 1 yang aku tidak pernah liat stand up nya. Hari itu show dibuka oleh Pandji Pragiwaksono sebagai MC dengan beberapa jokes yang menjadi pemanasan. DIlanjutkan dengan Gilang Bhaskara sebagai pembuka. Aku sama sekali belum pernah liat Gilang sebelumnya, tapi Gilang ini disebut-sebut sebagai salah satu Komika terbaik di Indonesia, bahkan ia diajak Pandji untuk ikut World Tour. Topik-topik yang diangkat oleh Gilang sebenarnya cukup lucu dan bisa membuat penonton mengakak, sayang dalam beberapa kesempatan cara delivery-nya terlihat biasa saja. Beberapa topik yang cukup mengena buatku adalah tentang survey kebahagiaan WHO yang menyebutkan bahwa orang Jerman paling bahagia. Dan ternyata salah satu sumber kebahagiaan mereka adalah naik sepeda. Lalu dengan polosnya munculah kata-kata kalau naik sepeda aja bahagia, bearti tukang somai sepeda dan tukang kopi cincau di Indonesia seharusnya juga bahagia karena mereka tiap hari naik sepeda. Bahasan tentang kopi cincau inilah yang membuat penonton ngakak.

Komika kedua hari itu adalah Ernst Prakasa, salah satu penggagas stand up comedy di Indonesia. Jujur, sebelum ini stand up off air yang paling banyak aku tonton adalah stand up nya dia dan menurutku dia sangat bisa membuat orang yang menontonnya tidak berhenti ketawa. Jadi aku punya ekspektasi tinggi ketika menonton dia secara live. Tapi sayangnya Ernst malam itu tidak terlalu menonjol buatku. Mungkin karena topik yang dia bawakan ada yang sudah pernah aku dengar. Namun, pembawaannya yang tenang dan seperti mengobrol membuat penampilannya malam itu masih tetap dapat diberi acungan jempol. Dia bisa ngebawain topik tentang kematian dengan begitu berbedanya sampai membuat orang tertawa dengan ceritanya tentang marketing pemakaman mewah. Hal lain yang juga menarik dari topiknya adalah topik tentang hukuman masa kecil, dan permainan game watch zaman dulu.

Kemudian dilanjutkan oleh Sammy sebagai komika ketiga. Sammy seperti biasanya mengangkat topik nyerempet politik dan Agama dengan gaya khasnya yang terkesan santai namun tajam. Selain itu berkaitan dengan tema kebahagiaan, dia pun mengangkat topik mengajak anak-anak ke taman bermain. Kata-kata pamungkasnya di tema anak-anak ini adalah “istri gua selalu bilang, dia punya 3 anak dan gua adalah si bungsu karena gua suka lupa kalau sedang bicara dengan anak umur 6 tahun. “

Setelah itu show pun ditutup oleh Ryan Adriandhy yang menutupnya dengan spektakuler. Perhatiannya pada hal-hal detail yang mungkin hampir tidak pernah kita perhatikan. Kemampuannya kembali lagi pada topik yang sudah ditinggalkan, setelah dia membahas topik lain namun tetap saja membuat orang terpingkal. Rasanya semua topik yang dia bawakan, sudah dia deliver dalam porsi yang pas, pas untuk membuat orang terpingkal tapi tidak sampai terjungkal. Di akhir acara Ryan memakai flipboard untuk menayangkan beberapa hal mulai dari gambar sampai tulisan. Di sini terlihat jelas Ryan sudah diburu-buru waktu tapi dia tetap berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik. Ryan hari itu menjadi berkebalikan dari Ernst. Ryan yang tampak biasa saja di off air, tampil begitu memukau malam itu, bahkan beberapa penonton sampai melakukan standing applause.

Pelajaran yang aku dapat hari itu adalah bahwa setiap orang medefinisikan kebahagiaan dengan caranya sendiri. Setiap orang punya tolak ukur kebahagiaan masing-masing. Buatku sendiri kebahagiaan adalah bisa berkumpul dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang aku sayangi.

Good Bye to them who touching others’ people life

People come and go as long as life goes on.

Tidak ada pesta yang tidak bubar.

Ada pertemuan, ada perpisahan.

Well, setidaknya quotes2 seperti itu lah yang paling sesuai untuk menenangkan situasi keluarga papaku. Kepergian dua orang yang cukup mengejutkan kami karena penyakit mereka. Seorang sepupu yang selama ini mungkin jarang aku temui namun sering aku dengar ceritanya. Seorang lagi adalah Kuku (cici dari papa) yang paling dituakan, dan paling perhatian pada adik-adiknya.

Sosok mereka yang aku kenal selama ini bukan bearti tanpa cela, ada kalanya mereka berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan pihak lain, namun tidak sedikit pula tindakan mereka yang sangat menyentuh pihak lain, terutama keluarga kami.

Kepergian mereka mengajarkan aku banyak hal. Bahwa keajaiban itu ada dimanapun selama kita dapat mempercayainya. Bahwa keajaiban itu kadang kala tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitu juga dengan bagaimana cara mereka memaknai hidup mereka masing-masing. Bagaimana hal kecil yang mereka lakukan bisa menjadi begitu bermakna untuk orang lain.

Yang pasti hidup itu mungkin singkat, mungkin lama, tugas kita hanyalah berusaha sebaik-baiknya menjalani hidup ini.

Mental Health in daily live

Hollywood lagi-lagi kehilangan aktor besar-nya. Robbin Williams, komedian yang dalam setiap filmnya selalu memberi inspirasi bagi para penontonnya. Jujur saja, detik pertama aku mendengar kabar ini, aku hanya mengingat satu filmnya yang berjudul Old Dogs sampai akhirnya aku melihat postingan teman-temanku di media sosial dan find out kalau ada beberapa film dia yang juga aku nonton.

Yah mungkin film ini begitu berkesan buatku, berkesan karena film itu aku tonton di masa keemasan genk midnite. Genk midnite yang masih sering midnite, genk midnite yang masih sering berkeliaran di daerah Gading. Ketika itu kami memutuskan menonton film ini setelah melihat tayangan trailernya di bioskop saat kami menonton film yang lain. Kami tertarik dengan adegan Robbin Williams mengendong Gorila seperti bayi dan memutuskan untuk menonton film ini. Akhirnya kami pun menonton ini di weekend pertama film ini tayang di bioskop. Aku masih ingat, ketika itu bioskop sangat ramai bahkan ada pasangan muda yang membawa bayi mereka. Keramaian ini pun tidak berhenti di dalam ruangan, film ini berhasil mengundang tawa penonton mulai dari awal film dan tidak berhenti sampai akhir film.

Meskipun aku lupa dengan cerita film itu sekarang, meskipun aku hanya ingat adegan Gorila itu dan tawa penonton yang tidak berhenti tetapi buatku saat itu film ini sangat menarik. Menarik karena tidak hanya bisa mengundang tawa tapi juga karena banyak pelajaran-pelajaran hidup yang bisa dipetik. Pelajaran hidup seperti yang juga ada di film lain yang kembali bermunculan di media sosial sesaat setelah berita ia meninggal.

Tapi satu hal yang paling penting dari kejadian ini adalah orang yang sepanjang hidupnya berusaha untuk menghibur orang lain dan bahkan menjadi seorang komedian justru malah mengakhiri hidupnya karena bunuh diri akibat depresi yang dialaminya. Ssebuah kejadian yang menyadarkan banyak orang bahwa kesehatan mental itu juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Di Indonesia, berita meninggalnya Robbin WIlliams ini dibarengi dengan berita Marshanda yang mengalami bipolar (gangguan kejiwaan yang berdampak pada mood). Well, 2 Hot Topic ini pun akhirnya membuat para pemerhati kesehatan mental untuk berkampanye bahwa setiap orang rentan terhadap masalah ini, dan setiap orang harus aware terhadap masalah ini dan tidak sungkan untuk meminta pertolongan pada orang lain jika ada yang dianggap tidak beres dari kejiwaan mereka maupun orang di sekitar mereka.

RIP Robbin Williams, You’ll be missed ^^

Pemilu 2014

Pemilu 2014 jadi berbeda buat aku, hari dimana sebuah hal yang gak pernah aku bayangkan bisa terjadi. Jadi petugas TPS (Tempat Pemungutan Suara), ikut terlibat jadi bagian dari salah satu moment terbesar bangsa ini. Bikin orang-orang amaze sekaligus kagum, bahkan aku sendiri pun masih amaze, ga percaya. Sebagai etnis minoritas rasanya aneh menjadi bagian dari sesuatu yang berhubungan dengan dunia pemerintahan. So, keputusan aku untuk jadi petugas TPS di pemilu kali ini bikin banyak orang bertanya-tanya.

Tugas sebagai penjaga TPS ini membuat aku belajar banyak hal baru mulai dari hal-hal standard seperti team work dan manajemen waktu sampai hal yang tidak biasa seperti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Hal lain yang juga menjadi penting buatku adalah, moment ini menjadi kali pertama aku menginjakkan kaki di Kelurahan tanpa rasa takut ataupun rasa malas seperti biasanya. Ternyata ada kok petugas kelurahan yang ramah dan taat aturan. Team work dan manajemen waktu ternyata menjadi strong point tim kami sehingga akhirnya bisa selesai paling pertama di Kelurahan kami. Tim kami dipenuhi oleh orang-orang yang terbiasa dengan deadine di tempat kerja kami dan kami juga terbiasa berkoordinasi dengan tim.

Dari moment ini juga aku belajar bahwa betapa politik itu tidak bisa diprediksi. Bahwa ucapan miring ataupun sanjungan pada salah satu pihak yang bertarung dapat sangat mempengaruhi hasil suara. Bahwa perasaan dekat pada salah satu calon bisa mempengaruhi pilihan orang. Bahwa etnis dan kesukuan di Indonesia masih sangat kental. Bahwa orang Indonesia merupakan pembelajar yang baik karena mereka tidak mau lagi memilih calon yang hasil kerjanya selama ini tidak berkualitas. Bahwa rakyat butuh action nyata, hasil nyata dan bukan janji omong kosong belaka. Bahwa politik itu keras, dan kepercayaan itu menjadi senjata paling ampuh untuk bisa menang dalam pemilu karena sekali hal itu hilang, maka kita tidak lagi bisa mendapatkan suara.

Mungkin kali ini aku memang tidak tahu menahu tentang siapa yang harus dipilih dan akhirnya hanya ikut mayoritas di daerahku. Namun, setidaknya kali ini aku berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik dengan cara yang lain. Dengan menjadi TPS setidaknya aku menjadi contoh buat teman-temanku kalau kami yang dari minoritas juga bisa kok membangun negeri.

Kata orang hujan itu membawa berkah, pemilu kali ini diawali dengan panas terik dan ditutup dengan hujan badai. Semoga pemilu kali ini membawa berkah. 🙂

Sumpah Profesi

Tidak semua profesi ada sumpahnya, tidak semua profesi mengharuskan di sumpah entah karena apa. Namun, hari ini sebagai salah satu kewajiban dari segala proses perkuliah magister profesi, aku dan beberapa teman menjalani sumpah profesi. Sumpah profesi sebagai seorang Psikolog, sebuah profesi yang berjanji untuk menyejahterakan umat manusia.

Mungkin dengan tujuan itulah akhirnya selama kurang lebih 2 tahun ini, kami menjalani sebuah proses yang begitu penuh keringat dan air mata. Kegagalan dan kerja keras seolah menjadi sahabat baik kami yang selalu ada mendampingi kami selama 2 tahun ini. Hiburan dan semangat dari orang-orang di sekitar kami terasa begitu berharga buat kami saat itu. Bukan hanya aku yang merasakan ini, namun semua teman-teman merasakan hal yang sama. Another story, another ending and another beginning. Setelah hari ini, kami sudah ditunggu dengan berbagai tantangan yang ada di depan dengan bekal perjuangan kami selama 2 tahun ini. Bekal yang diberikan dengan harapan kami dapat lebih memberi rasa terhadap setiap tindakan kami.

Tetesan air mata hampir saja membanjiri mataku saat aku mendengar pidato dari 2 orang temanku. Terlebih lagi saat mendengar perjuangan yang mereka lalui bersamaku, perjuangan yang pada akhirnya membuat kami berhasil melewati semua rintangan dan tantangan yang ada.

Untaian rasa terima kasih sudah mengalir dari kami masing-masing tepat di hari ujian sidang kami. Terima kasih kepada keluarga yang menjadi semangat dan inspirasi kami. Kepada teman-teman, sahabat, dan saudara yang memberi makna pada perjalanan proses kami ini. Semoga gelar ini tidak hanya bisa membantu kami menjadi manusia yang lebih baik lagi, tapi juga bisa membantu orang banyak.

Selamat menjadi berkat untuk sekitar kita 🙂

HRD = Sanggar??

HRD = Sanggar??

Sempet bingung sih kenapa juga HRD bisa dikaitin sama sanggar, galak, menyeramkan, dll. Setidaknya dalam dua bulan ini aku uda dua kali denger hal ini dan dulu-dulu sebelumnya juga uda sering.

Ada yang bilang HRD sanggar itu uda ketinggalan zaman, uda zaman dulu banget. Karena yang aku tahu zaman dulu itu HRD/personalia adalah bapak-bapak berkumis lulusan sarjana Hukum. As time goes by, HRD pun tidak lagi jadi tukang hukum yang perlu punya tampang sanggar. HRD zaman sekarang merubah perannya sebagai strategic partner dari sebuah perusahaan. Dimana tugas HRD sudah meluas tidak hanya menjadi tukang hukum dan tukang catat saja. HRD perlu juga punya otak yang smart dan daya analisa yang tajam serta kemampuan sosialisasi yang baik. Karena tugas HRD sekarang adalah me-recruit, mengayomi dan berusaha untuk me-maintain pada karyawan agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

HRD masa kini justru akan menjadi sahabat dari para karyawan. HRD harus bisa menjadi pendengar dari keluhan-keluhan para karyawan. HRD jugalah yang harus menjadi penyambung antara pihak perusahaan dengan para karyawan. Selain itu, HRD menjadi salah satu ujung tombak yang lain bagi sebuah perusahaan.

So, sepertinya ungkapan HRD=sanggar itu sudah saatnya dibuang jauh-jauh. Karena HRD bisa berhasil menjalankan tugas-tugasnya kalau dia bisa menjadi HRD yang bersahabat dengan karyawannya.

 

Percaya saja, Yakin saja, Bersyukur saja..

Aku bukan orang yang mudah dalam menentukan pilihan. Dilema kritis galau stadium akut mungkin jadi istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisiku ketika aku dihadapkan pada pilihan yang menurutku krusial untuk kelanjutan hidupku. Dalam 2 bulan ini, seolah aku tidak dibiarkan istirahat dalam memilih. Satu selesai, datang satu lagi begitu terus. Berulang kali aku yakinkan diri aku bahwa semuanya akan baik-baik saja dan tidak baik kalau aku terlalu memikirkan hal ini. Tapi tetap saja pikiran ini bisa mucul tiba-tiba, mengurangi waktu tidur, megurangi nafsu makan, dll. Sesekali pun datang pikiran ingin rasanya semua cepat berlalu dan aku tidak perlu memilih, tapi tetap saja masih terasa ada yang mengganjal.

Berulang kali aku begitu mantap dengan pilihanku, namun tiba2 aku goyah. Omongan orang disekelilingku dan pikiran ku tentang omongan orang yang sebenarnya belum tentu ada, selalu saja membuatku goyah sesekali. Sehingga quotes dari Steve Jobs seolah sangat kena buatku.

“Don’t be trapped by dogma—which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of other’s opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.” -Steve Jobs-

Mungkin aku memang perlu belajar untuk tidak terlalu mendengarkan kata orang dan mengikuti kata hatiku. Meskipun kadang aku merasa takut jika ternyata kata hati aku terlalu terpengaruh oleh ego-ku. Takut membuat keputusan yang jadinya mengecewakan pihak lain, terutama orang-orang yang aku sayangi. Pada akhirnya aku pun terpengaruh pada quotes di atas, aku memutuskan mengikuti kata hatiku setelah mencoba melihat semua sisi dari setiap pilihan yang ada. Mungkin ada benarnya juga quotes tersebut, karena ketika kita mengikuti kata hati kita, memilih apa yang kita inginkan, kita pun akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik. Mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk menjadi sukses.

Sampai saat ini pun semuanya masih terasa blur, bahkan ketika aku sudah benar-benar menjalani apa yang aku pilih. Masih banyak hal yang belum dapat kubayangkan ataupun kulakukan. Aku hanya berusaha untuk percaya kalau ini memang jalanku. Aku hanya berusaha untuk yakin kalau aku bisa melakukan yang terbaik. Sambil tetap bersyukur atas apa yang aku miliki dan apa yang aku jalani. Karena mungkin di saat ini, masih ada orang yang berharap menjadi seperti aku. Karena mungkin di saat ini juga, aku telah memiliki apa yang mungkin belum dimiliki orang lain.

Percaya saja, yakin saja, bersyukur saja karena setiap jalan yang kita tempuh tidak selamanya mulus.

Thanks God for this amazing Life 🙂